Thursday 22 October 2015

Permainan Tradisional Khas Kalteng

Jembatan Kahayan, Kalimantan Tengah

1.    Manyipet (Menyumpit)
a.    Nama permainan
Perkataan Manyipet dalam bahasa Dayak Ngaju jika diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia berarti menyumpit. Dari nama tersebut dapat diketahui bhwa kegiatan utama permainan ini adalah menyumpit, yakni suatu kepandaian membidikkan anak sumpitan (damek) ke suatu sasaran dengan menggunakan sebuah sumpitan. Permaianan mentumpit sebagai suatu permainan guna melatih keterampilan biasanya dilakukan pada waktu siang hari.

b.    Latar Belakang sosial budaya
Sumpitan adalah alat berburu dan alat perang yang dipunyai oleh orang dayak dari masa ke masa. Dalam lambang daerah kalimantan tengah juga disisipkan gambar sebuah sumpitan. Karna kedudukan yang penting dari sumpitan dalam kehidupan orang-orang dayak zaman dulu. Mandau, tameng, dan sumpitan merupakan seperangkat peralatan perang yang selalu dibawa para pendekar dayak kemanapun mereka pergi.
Sumpitan merupakan senjata yang paling ditakuti lawan karna mempunyai kemampuan serang jarak jauh, yaitu bebrapa puluh meter dan dapat dilancarkan tanpa mengeluarkan bunyi. Jadi serangan sumpitan merupakan serangan jarak jauh yang tak berbunyi.
Senjata sumpitan juga mempunyai racun yang disebut ipu pada ujung anak sumpitan yang disebut damek. Kadar racun ipu amat tinggi dan mampu membunuh dalam temppo beberapa detik atau beberapa menit saja.

c.    Latar Belakang sejarah perkembangan
Yang melatarbelakangi perkembangan dan pertumbuhan permainan menyumpit ini adalah tuntutan kehidupan sehari-hari baik untuk kepentingan berburu atau berperang, dan kepandaian menyumpit ini harus ditempa hingga tercapai suatu tingkat keterampilan yang dapat diandalkan.
    Setelah orang dayak mengenl senjata api, sumpuitan muli terdesak. Orang mulai berlih ke senjata api. Sumpitan kemudian digunakan hanya untuk berburu burung atau binatang kecil lainnya.
Kemudian sumpitan jarang diperoleh dan sumpitan menjdi barang antik. Sejalan dengan itu, anak-anak mengembangkan jenis sumpitan baru, yaitu yang dibuat dari buluh yang bernama tamiang. Buluh ini hanya mempunyi garis tengah hanya bebrapa centi meter dan mempunyai ruas yang anjang serta buku yang tipis.
Karna sumpitn berubah bentuk, anak sumpitan juga berubah bentuk. Kini anak sumpitan dibuat dari tanah liat yang lembek dibentuk berupa bola-bola kecil. Sasaranpun berubah yakni binatang kecil yang terdapat dipantai sungai-sungai besar yang dangkal.
d.    Deskripsi permaianan
Permainan menyumpit ini biasanya dapat dilakukan sendirian dan dapat dilakukan bersama-sama dalam bentuk pertandingan. Dan jika dimainkan dengan pertandingan maka jumlah peserta tergantung kepada jumlah peminatnya. Pemain biasanya laki-laki berusia antara 9-15 tahun. Kalau pertandingan dengn sumpitan biasanya pesertanya laki-laki dewasa.
e.    Peralatan/perlengkapn permainan
Peralatan pokok permaianan ini adalah sebuah sumpitan serta beberapa buah anak sumpitan. Lapangan bermain tidak menuntut pengadaan secara khusus karna alam terbuka merupakan lapangan bermain yang telah tersedia.
f.    Cara permaianan
a)    Setiap haruslah mempunyai sebiah sumpitan. Sumpitan ini biasanya terbuat dari kayu besia (tabalien/ulin) yang merupakan sebuah silinder yang berlubang ditengahnya sehingga menjadi sebuah pipa. Panjang kira-kira 2 meter. Pada ujung sumpitan terdapat mata tombak. Manfaat mata tombak ini sebgai alat berburu binatang. Anak sumpitan hanya dibuat dari bambu yang diraut halus dan salah satunya diruncingkan. Pada ujung lainya dipasang kertas yang membentuk kerucut.
b)    Setelah masing-masing memegang pemain lalu bersama-sama mencari sasaran yang dianggap baik. Dalam hal ini sasaran yang sengaja disiapkan seperti pada perlombaan memanah tidak ada. Jarak antara penyumpit dan sasaran juga tidak terdapat ketentuan pasti/baku. Jarak tergantung pada tingkat kemahiran para pemain atau penyumpit. Semakain mahir maka jarak sasaran akan semakin kecil dan jauh.
Kadang-kadang sasaran menyumpit tidak sama, msalnya kalau para pemain sepakat untuk menyumpit burung, maka mereka pergi ketempat yang banyak burung berkumpul, lalu disitu membagi giliran, seorang penyumpit lalu giliran penyumpit berikutnya. Kadang mereka juga bersepakat untuk mentumpit satu ekor burung, dan yang berhasil menjatuhkan maka dia yang jadi pemenangnya.
Pada anak-anak dengan sumpitan dengan bulu tamiang, sasaran mereka adalah binatang melata amphibia yang disebut tempakul. Anak sumpitannya dari tanah liat. Pennetuan juara sama seperti diatas.
c)    Permaian ini bukanlah permaian yang rumit, pentahapannya hanya dua, yaitu tahap persiapan dan pertandingan.
d)    Sebegitu jauh belum diketahui konsekuensi menang-kalah, karna permaianan ini hanya lebih banyak bersifat memperagakan keterampilan. Jadi hanya sebutan juara atau jago itulah yang menjadi kebanggaan setiap pemenang.

Baca Juga:

Jasa Layanan Terjemah - Tukang Terjemah.com
Pesona Karimun Jawa


2.    Sepak sawut
a.    Nama permainan
Sepak sawut merupakan permainan tradisional yang banyak digemari oleh masyarakat bukan hanya kalangan muda tetapi banyak juga orang tua yang menggemari permainan yang satu ini terutama warga masyarakat Kalimantan. Sepak sawut yaitu sebuah permainan seperti permainan sepak bola pada umumnya. Namun yang membedakan dengan permainan sepak bola yaitu pada bola yang digunakan untuk bermain merupakan bola yang berapi.

b.    Latar Belakang Sejarah
Dahulu, sepak sawut merupakan rangkaian ritual adat, dimainkan saat membuka ladang berpindah/saat menunggu jenazah (untuk umat Kaharingan). Sekarang olahraga rakyat itu secara rutin dimainkan pada setiap perayaan ulang tahun kabupaten atau provinsi di Kalteng.
Dahulunya sepak bola yang satu ini dimainkan pada saat orang ingin membuka ladang berpindah. Karena kebanyakkan pada tempo dulu di Kalimantan hampir semua kegiatan dilakukan secara gotong-royong seperti membangun rumah, membuka ladang, menanam padi, memanen padi yang dilakukan secara bersama-sama atau dalam bahasa daerahnya “handep”. Permainan sepak sawut sekarang sudah agak jarang kita temukan. Artinya permainan ini hampir langka hanya pada waktu-waktu tertentu saja kita dapat menyasikannya, misal pada perayaan ulang tahun Propinsi Kalteng, ulang tahun kabupaten, festival-festival budaya.

c.    Cara Permainan
Bolanya dapat terbuat dari bongkahan sabuk kelapa tua yang telah kering dengan terlebih dahulu airnya dibuang lalu bongkahan tersebut direndam menggunakan minyak tanah. Tujuannya supaya minyak meresap kedalam serat-serat bola kelapa tersebut. Supaya lebih seru lagi permainan ini dimainkan pada malam hari. Ini memiliki keindahan tersendiri, karena penerangan hanya menggunakan lampu seadanya dan cahaya kebanyakan bersumber dari bola api yang dimainkan. Peraturan main juga hampir sama, tidak berbeda jauh dengan main sepak bola pada umumnya yang terdiri dari dua gawang, gawang kita dan gawang musuh. Satu tim terdiri dari lima orang pemain. Lapangan yang digunakan tidak berbeda jauh dengan luas lapangan bola basket. Pertandingan dipimpin oleh seorang wasit. Siapa yang banyak memasukkan bola ke gawang lawan maka tim tersebut yang dinyatakan sebagai pemenang dalam lomba. Satu tim hanya diperkuat lima orang dengan ukuran arena seluas lapangan bola basket.



3.    Bagasing
Bagasing ini seperti gasing pad umumnya. Tetapi gaing disini terbuat dari batang atau pohon karet. Biasanya bermain dalam 2 mode yakni adu lama dan adu tikam. Dalam adu lama, gasing yang paling lama berputar itulah yang keluar sebagai pemenang. Sedang dalam adu tikam, satu gasing di mainkan terlebih dahulu baru kemudian lawan akan melemparkan gasingnya hingga mengenai gasing yang sedang berputar, dan yang bisa bertahan adakah pemenangnya.
Ada beberapa jenis permainan gasing, yakni :
a.    Gasing Balanga
Gasing Balanga juga merupakan jenis gasing tradisional Suku Dayak khas Kalimantan Tengah yang sering dipermainkan dalam tradisi "Bagasing". Jika pada Gasing Pantau mampu berputar lebih lama serta mengeluarkan bunyi yang nyaring, maka tidak demikian halnya dengan Gasing Balanga, gasing jenis Balanga ini adalah gasing yang umumnya dibuat dan dimainkan untuk tujuan diadu dengan gasing lain.
Tradisi mengadu Gasing Balanga ini dikenal warga masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah dengan sebutan Batikam yakni mengadu ketahanan Gasing Balanga saat satu sama lain saling bersentuhan. Dalam kegiatan Batikam ini tidak jarang salah satu gasing akan pecah atau terbelah akibat benturan yang sangat keras. Gasing yang terjatuh, keluar dari arena permainan, apalagi sampai terpecah maka secara otomatis akan menjadi pihak yang kalah.
Bentuk Gasing Balanga menyerupai sebuah tempayan atau dalam Bahasa Dayak Kalteng dikenal dengan istilah "Balanga". Ukuran Gasing Balanga atau gasing aduan ini biasanya memiliki diameter lingkaran sekitar 9 Cm dan tinggi sekitar 7 Cm.

b.    Gasing Pantau
Gasing Pantau merupakan satu diantara jenis gasing tradisional khas Provinsi Kalimantan Tengah, Dalam budaya masyarakat Dayak Kalteng tradisi memainkan gasing ini dikenal dengan istilah "Bagasing". Gasing Pantau adalah gasing yang dimainkan sedemikian rupa agar dapat berputar dalam waktu yang cukup lama. Ciri khas Gasing Pantau yang membedakannya dengan jenis gasing tradisional khas Kalteng lainnya yakni Gasing Balanga adalah Gasing Pantau mampu mengeluarkan bunyi.
Perpaduan antara lamanya perputaran gasing pada suatu poros dengan dinamika nada yang dikeluarkan oleh Gasing Pantau inilah yang membuat jenis gasing ini cukup menarik dan sering diperlombakan pada berbagai festival seni dan budaya Suku Dayak. Gasing Pantau yang mampu berputar lebih lama dan mengeluarkan bunyi yang nyaring biasanya akan keluar sebagai pemenang.



 Pada zaman dahulu, sebelum Gasing Pantau dikenal sebagai salah satu perlombaan yang sering dipertunjukan pada berbagai festival kebudayaan Dayak, Gasing Pantau dahulu juga sering digunakan pula pada berbagai ritual-ritual adat Suku Dayak di Kalimantan Tengah seperti pada upacara ritual suku dayak pada saat menyambut panen sebagai ungkapan syukur kepada sang pencipta.

                                             Jasa Layanan terjemahan Kalimanatan Tengah

4.    Balap egrang
a.    Nama permainan
Egrang : permainan anak tradisional khas kalteng yang terbuat dari bambu dengan panjang 2 meter kemudian diberi pijakan untuk kaki. Permainan ini mengandalkan keseimbangan agar dapat berdiri diatas alat ini.

b.    Latar belakang sejarah/sosial
Seperti egrang pada umunya di Indonesia. Para pemain egrang pun beragam, mulai dari yang anak-anak hingga dewasa.
c.    Alat permainan dan cara bermain
Egrang terbuat dari bambu dengan panjang 2 meter sebesar lengan orang dewasa kemudian diberi pijakan untuk kaki. Permainan ini mengandalkan keseimbangan agar dapat berdiri diatas alat ini.

5.    Tembak tutus

a.    Nama permainan
Tembak tutus adalah nama sebuah permainan masayrakat kalteng, menurut informasi permaianan ini berasal dari kawasan sungai kahayan dan kapuas. Tembaka tutus berasal dari bahasa dayak ngaju yang terdiri atas dua kata, yaitu tembak dan tutus. Tembak artinya bedil dan tutus berarti tusuk atau tekan. Jadi temabak tutus adalah nama permainan yang terbuat dari bambu yang dapat mengeluarkan bunyi letupan.
b.    Latar belakang sejarah
Menurut informasi orang-orang tua, permainan ini lebih dulu dikenal dikawasan sungai kahayan dan kapuas. Bahkan boleh dikatakan permaianan ini berasal dari daerah tersebut dan sekarang sudah menyebar luas ke pelosok kalteng.
c.    Deskripsi permainan
Perang-perangan dengan tembak tutus biasanya memerlukan suatu kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 5 atau 6 orang. Pesertanya berusia antara 10 – 15 tahun. Mereka membuat sendiri alat permainan ini. Permainan ini terbatas pada laki-laki saja, anak-anak wanita memang tidak cocok memainkannya.
d.    Perlengkapan permainan/alat
Alat yang digunakan hanya berupatembak tutus dan pelurunya. Tembak tutus terbuat dari bambu kecil, kira-kira sebesar ibu jari. Bambu tersebut dipotong kurang lebih 30 cm dan hanya dipakai ruasnya saja untuk membentuk loop atau laras. Kemudian untuk padanannya dibuat yang disebut tutus. Tutus ini adalah alat untuk menekn peluru didalam laras tadi. Bambu penekan dibuat dari bmbu yang dibelah dan diraut halus. Setelah itu dibuat pegangannya (ulu).

Alat yang lain lagi adalah  pelurunya. Peluru biasanaya buah kayu yang ukurannya kecil. Ada dua macam jenis buah yang biasa untuk peluru, yaitu buah uei nyamei dan buah sampaheneng. Buah-buahan ini biasnaya berukuran hampir sama sehingga gampang masuk kedalam lubang bambu laras. ini digunakan untuk perang-perangan, Sekaranga pelurunya dengan menggunakan peluru yang terbuat dari kertas, buah mesisin atau apa saja yang kecil dan keras.

6.    Sebumbun
a.    Nama permainan
Sebumbun adalah permainan anak tradisional khas kalteng yakni dengan menyembunyikan sesuatu, biasanya kayu, ranting atau batu didasar sungai.
b.    Latar belakang sejarah/ sosial budaya
Permainan ini dilakukan sewaktu anak-anak mandi. Suku dayak biasanya mereka hidup dipinggir sungai, dan melakukan aktivitasnya disungai juga termasuk mandi. Anak-ank sewaktu mandi inilah merek melakukan permainan ini. Yakni untuk mengisi kekosongan waktu dan agar supaya waktu mandi mereka lebih rame.
c.    Cara Bermaian / Alat permainan
Mereka memulai permaian dengan hompilah, yang menang bertugas menyembunyikan benda milik mereka dan yang kalah bertugas mencari benda tersebut. Benda yang disembunyikan adalah benda yang keras dan kelihatan, muisalnya ranting pohon, batu yang unik, dll. Tidak ada batasan waktu dalam mencari benda didalam air.
Biasanya permaianan ini dilakukan sewaktu mandi.

7.    Balian sakei uei
a.    Nama permainan
Balian sakei uei adalah sejenis panjat pinang dan terbuat dari rotan. Nama ini berasal dari bahsa dayak yang terdiri atas dua suku kata, yaitu Sakei : memanjat dan Uei : rotan.
b.    Latar belakang sejarah
Permainan ini biasanya diadakan saat ada pesta pernikahan atau pesta adat.
c.    Peralatan / cara permainan
Panjang rotan sekitar 2 – 3 meter dan diberi minyak. Rotan yang digunakan sebesar lengan tangan orang dewasa dan panjangnya sekitar 2 meter.Permainan ini hanya untuk satu orang saja.Diujung rotan diberi tempat khusus untuk menyimpan minyak, dan juga ada hadiah berupa makanan. Filosofi permainan ini adalah setelah diadakan ini, diharapkan mendapatkan rezeki.

3 comments:

  1. suatu kepandaian membidikkan anak sumpitan (damek) ke suatu sasaran dengan menggunakan sebuah sumpitan.

    ReplyDelete
  2. Yang melatarbelakangi perkembangan dan pertumbuhan permainan menyumpit ini adalah tuntutan kehidupan sehari-hari baik untuk kepentingan berburu atau berperang, dan kepandaian menyumpit ini harus ditempa hingga tercapai suatu tingkat keterampilan yang dapat diandalkan.
    please visit link Tel-U

    ReplyDelete