Sepeda Motor Kesayangan |
Jarak antara rumah dan sekolah tak begitu jauh, hanya berjarak 8 km saja. pada awal kelas 1, saya bersama teman sedesa selalu berangkat menggunakan sepeda. Betapa hari kami lalui dengan luar biasa perjuangan. Menapaki dan mengayuh sepeda melewati jalan berbatu terjal dan kubangan lumpur. Bahkan hingga menerobos hutan pun kami lalui. Tak peduli hujan maupun panas, tetap kukayuh sepeda ku. Semua kulakukan demi mengejar cita-cita ku. Sering aku pulang dengan baju kotor penuh lumpur.
Hingga akhirnya ketika memasuki semester dua, sepeda motor butut milik ayah, merk Yamaha Alpha diberikan kepadaku karna ayah merasa kasihan. Dengan senang hati ku pakai motor itu. Tahun itu 2004, kehidupan masih tergolong susah. Motor adalah sesuatu yang berharga bagi kami. Tak banyak penduduk desa yang memiliki motor.
Namun dalam perjalananya, sepeda motor tidak lah cukup banyak membantu. Mogok adalah salah satu agenda rutin motor. Apalagi saat musim hujan, tak jarang motor menginap di bengkel. Selain itu, jalanan berbatu juga membuat ban motor menjadi bocor dan kempes. Menemukan bengkel tidak lah mudah, terkadang kami harus membawa pulang motor dalam keadaan bocor.
Memasuki kelas dua, diantara teman-teman ada yang dibelikan sepeda motor baru oleh ayah mereka. Iya, motor yang menjadi ikon di zaman itu, supra fit, smash, dll. Itu merupakan barang mewah bagi kami. Sangat berbeda dengan diriku, aku masih memakai sepeda motor ayahku.
Pada suatu ketika, tanpa kuduga, ayah membelikan aku sepeda motor baru. Jupiter Z warna merah putih. Aku ingat betul betapa bahagia ayah dan ibu saat itu. Disisilain, aku merasa sangat berbahagia melebihi mereka. Kini perjalananku kesekeloh tiada terganggu dengan Edisi motor mogok. Aku sangat bersyukur atas hal itu.
Waktu terus berlalu. Tiap hari kami melewati jalan yang sepi. Jalanan yang tidak rata dan banyak lubang membuat perjalanan kami harus ekstra hati-hati dan pelan. Takut terjatuh ataupun motor lecet.
Terkadangan kami berangkat beriringan, dalam rombongan besar. Biasanya kami berboncengan bersama teman yang lain. mengebut dan balapan merupakan salah satu aktivitas kami.
Namun berbeda siang itu. Ada kegiatan penyuluhan disekolah. Saya cukup tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut. Tak terasa, jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Kulihat banyak teman seperjalanan yang sudah pulang. Hingga tersisa beberapa siswa yang masih berada disekolah. Akhirnya kuputuskan pulang sendirian.
Dalam perjalanan, hati berdebar tak menentu. Melihat kiri kanan. Seakan ada firasat buruk yang terngiang dikepala. Namun, tak ku gubris. Kupacu sepeda Jupiter ku dengan kecepatan tinggi. Hingga jauh meninggalkan teman-teman dibelakang.
Saat itu lah, mimpi buruk itu terjadi. Sewaktu melewati jembatan rusak, ku berkendara dengan pelan. Dari balik semak-semak keluarlah seseorang memakai topeng. Tangan membawa pistol. Badan besar dan kekar. Tiba-tiba menghadang ku.
Tanpa sempat menghindar, sedetik kemudian dia langsung mendorong ku hingga terjatuh. Saat itulah, dia mulai mengambil alih sepeda motor ku. Dan membawa pergi sepeda motor. Namun saya sempat bangun dan akan menarik motor, namun tenaga ku kalah hebat dengan dia. Postur ku kalah besar, sehingga dalam hitungan detik, motor ku sudah berpindah tangan ke seseorang bertopeng tersebut. Sekejap kemudian, hilang ditelan oleh debu jalanan yang mengepul.
Tak lama, ada salah satu teman yang masih berada dibelakang. Akupun langsung meminta bantuan kepadanya. Mengejar, hanya ada kata itu yang ada dalam pikiran kami. Langsung kami memacu motor mengejarnya.
Namun, untuk tak bisa diraih, malang tak bisa ditolak. Motor baru kesayanganku lenyap.
Hari itu adalah hari terakhir melihat dan berkendara dengan sepeda motor ku.
***
Sesampainya dirumah, hanya pandangan lesu yang kuberikan kepada orang tua ku. Perasaan sedih terpancar jelas diwajah mereka. Motor yang baru beberapa hari mereka beli, telah hilang bak ditelan bumi.
Ayah ku langsung bergegas pergi kekantor polisi dan melaporkan kejadian. Diam-diam ayah juga mengurus asuransi motor.
Pemuda desa turut mencari kemana motor ku dibawa pergi, atau paling tidak disembunyikan. Berharap masih bisa untuk ditemukan.
Sedih, marah, tak enak makan, tak karuan rasanya dalam diri. Ingin rasanya ku berlari kehutan dan kemudian berteriak sekencang-kencangnya. Dalam sujud kuberdoa, agar motor segera ditemukan. Atau pilihan kedua Ikhlas.
Susah move on dengan motor pertama ku.
Namun orang tuaku selalu berucap, tidak apa-apa.. Ikhlas aja ya.
Sehari, dua hari, hingga berganti minggu, tak kunjung mendapat informasi dimana motor ku berada. Beragam cara dilakukan… namun hasil masih nihil. Ikhtiar dan usaha terus kami jalani. Dari mulai kiyai, hingga dukun kami datangi.
Hingga mendapat saran dari tetangga untuk menggunakan jasa dukun. Langsung ibu berangkat menemui dukun tersebut.
Sesampainya disana, dukun hanya memberikan air yang telah dimantrai. Air tersebut harus disiramkan ditempat saya kehilangan sepeda motor saya. Oh ya, juga ada bunga yang ditabur diatas jembatan tersebut.
AH, dan hasilnya……………………………………..
Sebulan kemudian, pihak dealer motor Yamaha datang. Memberi tahu untuk proses klaim asuransi. Alhamdulillah……
Kami diberi pilihan, untuk mengambil motor lagi atau mengambil uangnya. Karna rasa khawatir akan terulang lagi jika membeli motor yang sama, akhirnya uang lah yang kami ambil.
Sebulan kemudian, kami bisa membeli motor baru dengan merk yang lain. Ya Suzuki Shogun warna biru tahun 2005 menjadi saksi kisah ku semasa SMP.
0 komentar:
Post a Comment